Cilegon—inionline.id–Setelah sempat mengalami kenaikan inflasi yang cukup tajam pada triwulan kedua tahun 2018 dan masuk dalam sepuluh besar Kota dengan Inflasi tertinggi se-Indonesia, kini di awal triwulan ketiga laju inflasi Kota Cilegon kembali normal.
Hal ini dapat dilihat dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik Kota Cilegon selama bulan Juli 2018. Dari data tersebut terlihat, bahwa kelompok bahan makanan yang semula menyumbang nilai angka inflasi cukup tinggi, kini turun hingga lebih dari setengahnya. Semula pada angka 0,89 persen, di akhir bulan angkanya turun menjadi hanya 0,31 persen saja.
Begitu juga dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang awalnya menyumbang nilai inflasi sebesar 0,77 persen kini hanya 0,46 persen. Sementara itu, kenaikan harga pertamax dan adanya kebijakan pengurangan gas elpiji 3 kilogram nampaknya tidak terlalu berpengaruh dengan kenaikan nilai inflasi di kota Cilegon.
Selama ini, banyak kekhawatiran dari berbagai pihak di masyarakat bahwa dua kebijakan tersebut akan menimbulkan gejolak yang berpengarh pada kenaikan harga-harga sektor makanan jadi maupun sektor bahan-bahan makanan. Kekhawatiran ini terjadi karena kedua faktor tersebut pada umumnya berpengaruh pada faktor prosduksi dalam sistem usaha. Sehingga, jika keduanya mengalami kenaikan otomatis akan berimbas pada naiknya harga produksi.
Namun, hal ini telah ditampik oleh Kasi Statistik Distribusi pada BPS Kota Cilegon Endaryani. Dalam pandangannya, kenaikan BBM jenis pertamax umumnya tidak berpengaruh karena konsumsinya yang hanya tidak banyak digunakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah.
Sedangkan gas 3 kilogram walaupun ada isu kebijakan pengurangan, namun masih bisa disiasati dan masih cukup mudah menemukannya di warung-warung eceran.
“Kalau pengaruh kenaikan BBM pertamax sih, sepertinya tidak banyak berpengaruh. Karena pengguna BBM pertamax kan hanya kalangan tertentu. Tapi entah untuk pengaruh pada penghapusan gas subsidi 3 kilogram, saya kurang paham. Tentu akan kami pantau hingga hasilnya terlihat awal Agustus nanti,” ucap Endaryani.
Selain dari kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, kelompok yang paling tajam penurunan inflasinya yakni di sektor belanja kesehatan. Dari nilai semula yang mencapai angka 1,79 persen, di awal triwulan ketiga ini angkanya menurun hingga ke titik 0,02 persen.
Hal ini dikarenakan beberapa pos kesehatan sudah mulai stabil. Minimnya jumlah bencana atau wabah penyakit di awal triwulan ini juga menjadi faktor penentu, kecilnya nilai inflasi di sektor tersebut.
Sektor kendaraan dan transportasi umum yang sempat meningkat, juga kini sudah kembali ke titik normal yakni di tingkat 0,21 persen. Secara umum tingkat inflasi yang cukup stabil ini memberi sinyal yang baik bagi perkembangan roda perekonomian di Kota Cilegon.(ibc/stb/eky/bnn/red))